SAAT GALAU, BACALAH DOA INI SAHABAT .. SEMOGA TENANG DAN GEMBIRA
Bismillahirrahmannirrahim,
Al-Hamdulillah,segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Istilah galau sedang
ngetren. Banyak dipakai dan digunakan, khususnya dikalangan ABG (remaja
dan pelajar). Ada istilah SMS Galau, Status Galau, Pesan galau,
kata-kata galau dan semisalnya. Intinya, menggambarkan kondisi perasaan
atau pikiran yang tidak enak. Perasaan tidak menentu. Rasanya ada yang
kurang. Ada yang tidak beres. Tidak jelas apa sebabnya.
Hampir
setiap orang pernah mengalami galau. Karena tabiat manusia sering
berdosa. Dan dosa menjadi sesuatu yang tak bisa lepas dalam kehidupan
manusia. berdosa juga menjadi tanda akan insaniyahnya. Karena setiap
manusia pastilah berdosa sehingga dia harus menunduk dan merendahkan
diri bertaubat dan memohon ampunan kepada Tuhannya.
Berikut ini
ini penawar yang diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat galau
datang, kesedihan hinggap, perasaan tak menentu menyerang. Sangat
mujarab dan ampuh dosa ini sebagaimana yang dikabarkan Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam, "melainkan Allah akan menghilangkan kesedihan dan
kegelisahan (kegundahan)-nya serta menggantikannyadengan kegembiraan."
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي
بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ
اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ
أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي
عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي
وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
Allaahumma innii 'abduka wabnu 'abdika wabnu amatik, naashiyatii
biyadik, maadlin fiyya hukmuk, 'adlun fiyya qadlaa'uk, as-aluka
bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahuu fii
kitaabika, au 'allamtahu ahadan min khalqika, awis ta'tsarta bihii fii
'ilmil ghaibi 'indaka, an taj'alal Qur'aana rabii'a qalbii wanuura
shadrii wajalaa'a huzni wa dzahaaba hammii
Artinya: "Ya
Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan
anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu
berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon
kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan
diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau
ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan
dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur'an
sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku
serta pelenyap bagi kegelisahanku."
________________
Doa di atas didasarkan pada hadits dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah
'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Tidaklah seseorang tertimpa kegundahan (galau) dan kesedihan lalu
berdoa (dengan doa di atas) . . . melainkan Allah akan menghilangkan
kesedihan dan kegelisahan (keundahan)-nyaserta menggantikannyadengan
kegembiraan.
Ibnu Mas'ud berkata, "Ada yang bertanya, 'Ya
Rasulallah, bolehkah kita mempelajarinya?' Beliau menjawab, 'Ya, sudah
sepatutnya orang yang mendengarnya untuk mempelajarinya'." (HR. Ahmad)
Apabila yang Berdoa Seorang Wanita
Bentuk lafadz doa di atas untuk mudzakar (laki-laki), Ana 'Abduka (aku
hamba laki-laki-Mu), Ibnu 'Abdika Wabnu Amatik (anak laki-laki dari
hamba-laki-laki-Mu dan anak laki-laki dari hamba perempuan-Mu). Kalau
yang berdoa adalah laki-laki tentunya lafadz tersebut tepat dan tidak
menjadi persoalan. Namun, bila yang berdoa seorang muslimah, apakah dia
harus mengganti lafadz di atas dengan bentuk mu'annats (untuk
perempuan), yaitu dengan Allaahumma Inni Amatuk, Ibnatu 'Abdika, Ibnatu
Amatik (Ya Allah aku adalah hamba wanita-Mu, anak perempuan dari hamba
laki-laki-Mu dan anak perempuan dari hamba perempuan-Mu)?
Syaikh Abdul 'Aziz bin Baaz rahimahullah pernah juga ditanya tentang
cara berdoanya seorang wanita dengan doa tersebut. Apakah wanita itu
tetap mengucapkan, "wa ana 'abduka wabnu 'abdika" (dan saya adalah hamba
laki-laki-Mu dan anak laki-laki dari hamba laki-laki-Mu) ataukah harus
mengganti dengan, "Wa ana amatuk, ibnu 'andika atau bintu 'abdika"?
Beliau rahimahullah menjawab, "Persoalan ini luas Insya Allah,
Persoalan dalam masalah ini luas. Apabila wanita itu berdoa sesuai
dengan hadits, tidak apa-apa. Dan jika berdoa dengan bentuk yang ma'ruf
bagi wanita, Allahumma innii amatuk,
Kandungan Doa
Doa di atas mengandung persoalan-persoalan pokok dalam akidah Islam di antaranya:
1. Rasa galau, gundah dan sedih yang menimpa seseorang akan menjadi
kafarah (penghapus dari dosanya) berdasarkan hadits Mu'awiyah
radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sabda,
"Tidak ada sesuatu yang menimpa seorang mukmin pada tubuhnya sehingga
membuatnya sakit kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya." (HR.
Ahmad - Al-Hakim)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
beliau bersabda:
"Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan,
sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang
mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.”
(Muttafaqun alaih)
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu
berkata dalam Syarh Riyadhish Shalihin (1/94): “Apabila engkau ditimpa
musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa
sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu
tanpa arti. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menggantikan dengan
yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu.
Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Ini merupakan nikmat Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang
tertimpa musibah itu:
a. Dia mengingat pahala dan
mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu menghapus
dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha terhadap musibah).
b. Dia lupa (akan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala), maka akan sesaklah
dadanya sekaligus menjadikannya lupa terhadap niat mendapatkan pahala
dari Allah Ta’ala.
Dari penjelasan ini, ada dua pilihan bagi
seseorang yang tertimpa musibah: beruntung dengan mendapatkan penghapus
dosa dan tambahan kebaikan, atau merugi, tidak mendapatkan kebaikan
bahkan mendapatkan murka Allah Ta’ala karena dia marah dan tidak sabar
atas taqdir tersebut.”
2. Kedudukan ubudiyah merupakan
tingkatan iman tertinggi. Karenanya, seorang muslim wajib menjadi hamba
Allah semata dan senantiasa beribadah kepada-Nya, Dzat yang tidak
memiliki sekutu. Hal ini ditunjukkan lafadz, Inni 'Abduka Wabnu 'Abdika
Wabnu Amatik (Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu,
dan anak hamba perempuan-Mu).
3. Semua urusan hamba berada di
tangan Allah yang diarahkan sekehandak-Nya.Dan masyi'ah (kehendak) hamba
mengikuti kehendak Allah. hal ini ditunjukkan oleh lafadz, Naashiyatii
biyadik (Ubun-ubunku berada di tangan-Mu).
4. Allah yang berhak
mengadili dan memutuskan perkara hamba-hamba-Nyadalam perselisihan di
antara mereka. Hal ini ditunjukkan oleh lafadz, 'Adlun fiyya qadla-uka
(Ketetapan-Mu adil atas diriku). Allah Ta'ala berfirman,
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
"Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar
kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, . ." (QS.
Yuusuf: 40)
5. Ketetapan takdir-Nya adil dan baik bagi
seorang muslim. Jika dia mendapat kebaikan, bersyukur, dan itu baik
baginya. Sebaliknya, bila tertimpa keburukan (musibah atau bencana) dia
bersabar, dan itupun baik baginya. Semua perkara orang mukmin itu baik,
dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman. (HR. Muslim)
6. Anjuran untuk bertawassul dengan Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang
Mahaindah) dan sifat-sifatnya yang Mahatinggi. Allah perintahkan sendiri
bertawassul dengannya dalam firman-Nya,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
"Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu . ." (QS. Al-A'raaf: 180)
7. Nama-nama Allah dan sifat-sifatnya adalah tauqifiyyah yang tidak
diketahui kecuali melalui wahyu. Allah sendiri yang menamakan diri-Nya
dengan nama-nama tersebut dan mengajarkannya kepada para hamba-Nya.
8. Nama-nama Allah tidak terbatas pada 99 nama. Hal ini ditunjukkan
oleh lafadz, awis ta'tsarta bihii fii 'ilmil ghaibi 'indaka (atau yang
Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu).
Sedangkan hadits yang menerangkan jumlah nama Allah ada 99,
إنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang
menghafalnya pasti masuk surga." (HR. Bukhari dan Muslim) Menurut imam
al-Khathabi dan lainnya, maknanya adalah seperti orang yang mengatakan
"Saya memiliki 1000 dirham yang kusiapkan untuk sedekah," yang bukan
berarti uangnya hanya 1000 dirham itu saja. (Majmu' Fatawa: 5/217)
9. Al-Qur'an memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus.
Keberadaannya laksana musim semi bagi hati orang mukmin, memberi
kenyamanan pada hatinya, menjadi cahaya bagi dadanya, sebagai pelipur
kesedihannya, dan penghilang bagi kesusahannya. Hal ini menunjukkan
kedudukan Al-Qur'an yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia, baik
individu, masyarakat, atau suatu umat.
10. Siapa yang
datang kepada Allah pasti Allah akan mencukupkannya,siapa yang
menghaturkan kefakirannya kepada Allah, Dia pasti mengayakannya. Siapa
yang meminta kepada-Nya, pasti Dia akan memberinya. Hal ini ditunjukkan
lafadz hadits, "Melainkan Allah akan menghilangkan kesedihan dan
kesusahannya serta menggantikannyadengan kegembiraan."
Semoga Allah membukakan pintu ampunan, rahmat pertolongan dan karunia Nya bagi kita semua. Aamin ya Robbal alamin .
Buku Nuun : Tafsir Gerakan Al-Qalam
-
info buku :
Judul Lengkap : Nuun Tafsir Gerakan Al-Qalam; Implikasi Semboyan Q.S
Al-Qalam ayat 1 dengan paradigma Gerakan IPM
Penulis : Azaki Khoiruddi...
0 Diskusi:
Posting Komentar